Kamis, 15 Januari 2015



     Suatu hari, Nabi Musa as bertemu dengan Nabi Khidhr as, “bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengerjakan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”

   Nabi Khidhr as tidak langsung menyetujuinya, beliau malah berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

    Namun Nabi Musa as bersikeras dan berkata, “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun”.

   Akhirnya Nabi Khidhr as pun menyanggupinya, namun dengan satu syarat, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”

  Tak lama kemudian, mereka pun melanjutkan perjalanan. Ketika mereka sampai di sebuah sungai dan mendapati sebuah perahu, tiba-tiba Nabi Khidhr as melubangi perahu tersebut. Nabi Musa as merasa heran dan marah, “Mengapa kamu melubangi perahu itu, penumpangnya akan tenggelam? Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan besar.”

 “Bukankah aku telah mengatakan bahwa kamu tidak akan sabar ketika bersama denganku,” jawab Nabi Khidhr as.

   Meskipun bingung, Nabi Musa as mengakui kesalahannya, “Janganlah menghukumku karena lupa dan janganlah membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku.”

   Mereka pun kemudian melanjutkan perjalanan. Keduanya lalu berjumpa dengan seorang anak, dan tiba-tiba saja Nabi Khidhr as membunuhnya. Melihat itu Nabi Musa pun marah, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh oaring lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang munkar.”

  Nabi Khidhr as kembali berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”

   “Baiklah kalau begitu, jiak aku bertanya kepadamu tetang sesuatu sesuda (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.”

    Mereka pun kembali berjalan hingga akhirnya sampai di sebuah tempat. Mereka berdua kemudian meminta makanan kepada penduduknya, namun sayangnya tak satu pun penduduk yang mengindahkan permintaan mereka tersebut. Tak lama kemudian,  keduanya menemukan dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Nabi Musa as pun berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.”

    Nabi Khidhr as tersenyum sambil memandang Nabi Musa as “Saudaraku, inilah saatnya perpisahan antara aku dengan kamu. Kini akan kuberitahukan kepadamu mengapa aku melakukan semua itu. Aku mengkancurkan perahu milik orang miskin itu karena di hadapan mereka ada seorang raja yang hendak merampas setiap perahu yang melewatinya.”

    “Aku membunuh anak muda itu, karena orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan aku khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan aku pun berdoa kepada Allah SWT agar mengganti bagi orang tuanya dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anaknya itu, dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”

   “Sementara itu, dinding rumah yang aku tegakkan itu adalah milik dua orang anak yatim. Di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua. Allah SWT menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari-Nya. Aku tidak melakukannya atas kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”

   Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendapat kesan terjadi perdebatan yang serius dikarenakan bukan di dalam permasalah itu sendiri, tetapi di dalam pola berfikir yang melandasi permasalahn inilah yang sering kali dikenal sebagai problem presuposisi.

   Ketika kita berbicara tentang berbagai hal, maka kita harus melihat dan meninjau hal tersebut sesuai dengan konteksnya. Selain segala hal ditinjau berdasarkan konteksnya, kita juga juga harus memperhatikan factor ekologis. Ekologis yang dimaksud adalah bagaimana segala hal ini memberikan pengaruh bagi lingkungan. Ketika hal yang dilakukan tidak memberikan makna yang baik bagi lingkungan, maka kita tidak perlu melakukan hal tersebut. (Stop! Criminal Minds, Adnan Iskandar)


0 komentar:

Posting Komentar